Meimonews.com – Sementara pandemi Covid-19 belum ju^a usai, kini dunia dicemaskan dengan merebaknya penyakit cacar monyet (monkey pox). Perihal penyakit cacar monyet patut untuk diwaspadai agar dapat dilakukan antisipasi secara tepat.
Hingga kini, di Indonesia belum ada kasus cacar monyet yang ditemukan. Namun, sampai minggu terakhir Juli 2022, di seluruh dunia cacar monyet sudah ditemukan di 75 negara dengan kasus lebih dari 18 ribu penderita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli 2022 menetapkan cacar monyet sebagai kedaruratan kesehatan internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Penetapan sebagai darurat kesehatan internasional mengandung makna bahwa WHO menyerukan untuk memobliisasi upaya dalam rangka menghentikan penyebaran cacar monyet.
Dalam hal ini kedaruratan internasional (PHEIC) belum tentu akan berkembang menjadi pandemi yang menyebar secara cepat ke seluruh dunia. Beberapa penyakit lain seperti zika, polio, dan ebola yang pernah dinyatakan sebagai kedaruratan internasional ternyata tidak berkembang menjadi pandemi.
Meski demikian, cacar monyet tetap perlu diwaspadai penularan maupun penyebarannya. Kewaspadaan perlu dilakukan terutama melalui pencegahan dan deteksi dini serta pelaporan. Selain itu juga perlu dilakukan karantina untuk memantau di pintu masuk Indonesia.
Cacar Monyet
Penyakit ini disebut cacar monyet karena pertama kali ditemukan di tahun 1958 pada monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian. Awalnya penyakit ini hanya terdapat pada binatang monyet, tupai, dan tikus tapi kemudian pada 1970 mulai ditemukan pada manusia.
Selama ini, cacar monyet merupakan penyakit endemis yang tingkatnya konstan rendah di beberapa negara Afrika. Namun sejak Mei 2022 dilaporkan terjadi pada beberapa negara non-endemis di Eropa, Amerika, dan Pasifik Barat. Berdasarkan kenyataan tersebut maka WHO selanjutnya menetapkan cacar monyet menjadi penyakit yang patut menjadi perhatian masyarakat global.
Penyebab penyakit ini adalah virus cacar monyet (monkeypox virus) yang merupakan virus genus Orthopoxvirus yang termasuk dalam famili Poxviridae. Cacar monyet semula merupakan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang penularannya ke manusia berasal dari hewan. Namun karena virusnya mengalami mutasi genetik maka kini penularannya bukan hanya terjadi dari hewan ke manusia namun juga dari manusia ke manusia.
Cacar Monyet merupakan penyakit infeksi yang menular melalui kontak langsung dengan penderita, ataupun binatang yang terinfeksi, serta dapat pula melalui benda yang terkontaminasi. Penularan melalui kontak langsung dengan penderita dapat terjadi lewat darah, cairan tubuh, lesi pada kulit, termasuk kontak seksual.
Sebenarnya, cacar monyet tidak mudah menular secara cepat dan meluas, karena penularannya memerlukan kontak erat. Namun pencegahan dan kewaspadaan tetap perlu dilakukan agar tidak semakin merebak.
Masa inkubasi yaitu jangka waktu antara terinfeksi virus hingga mulai timbulnya gejala cacar monyet umumnya antara 6 hingga 13 hari. Penderita cacar monyet menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit cacar (small pox) namun jauh lebih ringan.
Penderita cacar monyet umumnya mengalami gejala awal demam tinggi >38,5 derajat Celcius, sakit kepala hebat, pembengkakan getah bening (limfadenopati) di leher, ketiak, ataupun selangkangan, mengalami nyeri otot (myalgia), sakit punggung, dan badan lemas (astenia). Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan gejala yang khas pada cacar monyet dan tidak terdapat pada jenis cacar lainnya.
Setelah gejala awal tersebut pada penderita cacar monyet akan muncul ruam (bintil bintil kemerahan). Ruam terutama terdapat pada wajah, telapak tangan dan kaki, mukosa, alat kelamin, dan selaput lendir mata. Seiring waktu, ruam akan berubah menjadi koreng lalu akhirnya rontok.
Penyakit cacar monyet umumnya bersifat ringan yang berlangsung 2 – 4 minggu lalu sembuh. Namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi medis, yang bila tidak bisa diatasi dapat menimbulkan dampak serius. Komplikasi dari cacar monyet antara lain infeksi kulit sekunder, radang paru dan saluran pernapasan, gangguan kesadaran, dan masalah pengelihatan.
Sebagaimana penyakit virus pada umumnya, cacar monyet merupakan penyakit yang bersifat self-limited yaitu pada tahap tertentu virus penyebabnya akan terhenti sendiri perkembangannya dan penderita akan sembuh. Meskipun demikian terhadap penderita yang menunjukkan gejala perlu segera mendapatkan pelayanan medis terutama untuk mengatasi komplikasi yang mungkin ditimbulkannya.
Pengobatan terhadap cacar monyet bersifat menghilangkan gejala dan suportif. Tingkat kematian karena cacar monyet relatif rendah (3-6 %), dan kematian terutama karena fasilitas kesehatan yang kurang memadai.
Orang yang pernah mendapatkan vaksinasi cacar (smallpox) menunjukkan imunitas terhadap infeksi cacar monyet. Namun bila pernah terkena cacar air (chiken pox) ternyata tidak memberikan perlindungan terhadap cacar monyet. Hal ini karena cacar air disebabkan virus varicella yang berbeda dengan virus cacar monyet.
Vaksinasi cacar dapat memberikan efektivitas proteksi sebesar 85% dalam mencegah infeksi cacar monyet. Namun persoalannya, cukup banyak orang mungkin belum mendapat vaksinasi cacar, karena vaksinasi tersebut dihentikan setelah penyakit cacar pada 1980 berhasil dieradikasi (dimusnahkan total) di seluruh dunia.
Cacar Monyet di Indonesia
Meski di Indonesia belum terdapat kasus cacar monyet, namun Kementerian Kesehatan RI telah melakukan serangkaian langkah mitigasi untuk mencegahnya serta juga persiapan untuk menghadapinya. Dalam rangka mencegah penyebaran cacar monyet dilakukan pemantauan dan segera melaporkan bila ditemukan kasus cacar monyet. Selain itu telah disediakan alat dan bahan untuk deteksi dini bagi kasus terduga terkena cacar monyet. Lebih jauh lagi telah pula disiapkan obat, sarana serta tenaga kesehatan bila terdapat penderita cacar monyet.
Di kalangan masyarakat luas dilakukan dengan menyebarluaskan informasi mengenai cacar monyet serta upaya pencegahan maupun mengatasinya. Hal penting yang perlu dijalankan adalah melakukan pencegahan penularan dengan menghindari kontak langsung dengan penderita cacar monyet. Di samping itu perlu pula secara teratur membersihkan dan melakukan disinfeksi terhadap permukaan benda-benda yang sering disentuh yang bisa saja terkontaminasi.
Kalau mengalami kontak langsung dengan penderita cacar monyet sebaiknya dilakukan observasi dan isolasi mandiri. Sedangkan bila timbul gejala cacar monyet, segera menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan.
Memang menghadapi cacar monyet perlu kewaspadaan agar dapat dilakukan langkah yang tepat untuk mengantisipasinya, karena kita tidak boleh kecolongan apalagi sampai kebobolan. (Dr. drg. Paulus Januar/Pakar Kesehatan Masyarakat)