Meimonews.com – Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Sekolah Tinggi Filsafat Semainari Pineleng (STFSP) dan Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng, panitia HUT menggelar Seminar Internasional di Aula STFSP, Sabtu (9/8/2024).
Seminar yang mengangkat tema Rooted in Culture, Committed to Mission (Beraksr dalam Budaya Berkomitmen dalam Misi) menghadirkan 2 pakar dari luar negeri dan seorang dari Jogyakarya.
Peserta seminar yang dibuka pelaksanaannya oleh Ketua STFSP Pastor Barnabas ‘Berty’ Ohoiwutun MSC ini berjumlah hampir 300 orang. Peserta mengikuti kegiatan secara daring dan luring.
Pembicara/narasumber pada seminar yang dipandu Dr. Ignasius Welerubun (STFSP) tersebut adalah Dr, Rico Casta Jacoba, Ph.D dan Dr. Jeramie N. Molino, Ph.D dari Saint Louis University USA dan Dr. Johanes Haryatmoko, Ph.D dari Unika Sanata Dharma Jogyakarta.
Doktor Rico membawakan meteri Renewing the mission : The Role of Catholic School in Contemporary Education (Memperbarui Misi : Peran Sekolah Katolik dalam Pendidikan Kontemporer). Doktor Jeramie membawakan materi Rote in CultureCulture, Driven by Education : Advancing Feminism for a Just FutureFuture. Doktor Johanes membawakan materi Membangun Landasan Kebudayaan yang Tangguh untuk Misi Inovatif dan Profetis.
Doktor Johanes, yang tampil sebagai pemateri pertama mengemukakan, dengan membangun kebudayaan yang tangguh, kita disiapkan menjawab secara kreatif beragam tantangan di setiap zaman agar mampu menjalankan misi yang perlu inovasi
Kebudayaan, menurutnya, ada tiga lapis yakni karya, etos masyarakat, dan wujud ideal/misi. Karya semua yang diciptakan/dikembangkan (ilmu pengetahuan dan teknologi) untuk meningkatkan kualitas habitat manusia. Untuk etos masyarakat, prinsip–prinsip, nilai-nilai yang dipraktikkan atau bentuk moral yang dibatinkan meskipun tidak mengemukan dalam kesadaran namun operasional memgatur perilaku sehari-hari. Untuk wujud ideal/misi, pemahaman diri masyarakat, cara masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya dan tujuan-tujuannya.
Doktor Johanes memberiksn sumbangan betpkkir komputasional. “Berpikir komoutasoonal mengajarkan cara memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (dekompesisi), mengidentifikasi polapola, membuat abstaksi, dan merancang algoritmealgoritme,” ujarnya.
Keempat bagian itu, menurutnya, membantu dalam pengembangan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan pengambilan keputusan.
Doktor Jeramie dalam pemaparan materinya mengurai tentang apa feminisme, berakar pada budaya, mengapa feninisme harus menjadi bagian dari pendidikan, fornasi budaya baru dan pendidikan, berkomitmen dalan misi, dan contoh perempuan yang mewujudkan feminisme.
Doktor Jeramie memberikan kesimpulan, feminisme adalah perjalanan yang berakar pada konteks budaya dan didorong oleh pendidikan menuju kesetaraan dan keadilankeadilan; Sebagai pendidik dan orang awam, kita memiliki kekuatan untuk mendorong misi ini ke depan.
Ada dua ajakan untuk misi. Pertama, berakar pada budaya kita sambil bersikap kritis jika perlu. Kedua, berkomitmen untuk mengadvikasi dunia di mana setiap orang dapat berkembang tanpa diskriminasi berbasis gender.
Doktor Jacoba dalam pemaparan materinya mengawali dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya pembaharuan, kritik Jaques Derrida dan mengatasi masalah utama; konteks sejarah dan teologis; prrslektif filosofis dan paedagogis.
Selain itu, arah utama untuk evaluasi ulang dan revitalisasi; peran sekolah Katolik dalam masyarakat modern; karakteriktik yang menentukan sekolah Katolik dan tema pendidikan Katolik.
Di akhir pemaparannya, doktor Jacoba memberikan kesimpulan. Tentang ringkasan gagasan utama, dikatakan, sekolah Katolik ditentukan oleh komitmen mereka terhadap injil, pendidikan holistik, pandangan dunia Katolik, guru yang berdedikasi, pembangunan komunitas, dan kemampuan beradaptasi.
Terkait pendidikan Katolik, disebutkan, ini membentuk hati dan pikiran generasi mendatang, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang bermakna dan memuaskan.
Sementara yang berhubungan dengan ajakan bertindak, disebutkan, renungkan bagaimana mendukung sekolah Katolik dan memastikan mereka terus berkembang. (lk)