Meimonews.com – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unsrat Manado Dr. Daud Markus ‘Ferry’ Liando, SIP, M.Si menegaskan produk institusi pendidikan perguruan tinggi diarahkan tidak hanya berorientasi hasil atau output namun juga yang terpenting adalah berorientasi outcome atau dampak.
Penegasan tersebut disampaikan Ferry (sapaan akrabnya) dalam percakapan dengan Tim PodCast Unsrat Dr. Odi Kaunang di Kantor PTI Manado, Senin (3/6/2024).
Disebutkan, target lulusan perguruan tinggi tidak hanya sebatas pada capaian jumlah seperti target lulusan pertahun, jumlah mahasiswa mencapai IPK tertinggi, jumlah mahasiswa mendapat predikat tertinggi atau pencapaian lain yang sifatnya numerik atau angka.
Dalam kepemimpinan sebagai Dekan, Liando akan berupaya akan menjadikan para lulusan dipersiapakan tidak hanya pada bekal ilmu pengetahuan atau teori semata, namun perlu juga dibekali dengan keterampilan kerja dan karakter yang baik.
“Menjadikan mahasiswa cerdas, itu suatu kewajiban bagi institusi pendidikan. Namun cerdas saja tidak cukup untuk bisa berkompetisi di dunia kerja kelak. Mahasiswa harus punya skill dan karakter yang baik,” tandasnya
Dosen kepemiluan dan acapkali jadi pembicara di beberapa kegiatan/dialog ini akan merancang sebuah grand design pendidikan baik pembenahan tujuan pembelajaran masing-masing mata kuliah maupun metode pembelajaran.
“Kita tidak perlu mengubah mata kuliah, namun tujuan masing-masing mata kuliah harus diperbaiki. Masing-masing mata kuliah didorong untuk menghasilkan tiga capaian yakni penguasaan teoritik, skill atau keterampilan khusus dan pembentukan sikap atau karakter,” jelasnya.
Ditambahkan, agar mahasiswa memiliki bekal keterampilan maka para dosen perlu juga didorong untuk pengembangan dan pengalaman empirik. Secara teoritik, SDM di Fisip sangat mumpuni. Sebagian besar telah bergelar S3. Sebagiannya meski tidak S3 tapi mereka telah lama menjadi dosen, sehingga kapasitas mereka tidak diragukan.
Namun soal pengalaman empirik di dunia pekerjaan sebagian masih harus dikembangkan. Kita butuh dosen yang ahli dalam penyusunan peraturan seperti perundang-undangan, Perda dan Perdes. Kita akan mempersiapkan dosen ahli dalam bidang perencanaan pemerintahan seperti RPJMD, RKPD, ahli sebagai analis kebijakan pemerintahan, ahli dalam keuangan dan penyusunan anggaran pemerintahan, ahli dalam penyusunan APBD ataupun APBDes.
Menurutnya, di beberapa instansi pemerintahan memang memerlukan pendampingan. Di pemerintahan desa menyediakan banyak anggaran untuk pendampingan. Ada permintaan untuk pembuatan website desa, pendampingan pembuatan Perdes, APBDes serta tata kelola BUMDes.
Di DPRD membutuhkan tenaga ahli dalam penyusunan Perda. Di Bappeda Propinsi, Kabupaten dan Kota butuh ahli perencana dan analis kebijakan. Demikian juga dengan institusi lain yang kerap membutuhkan konsultan, tenaga ahli atau tim pakar.
Dalam hal kepemimpinan pemerintahan maka memerlukan dosen yang ahli dalam strategi pengambilan keputusan, resolusi konflik, mediator, public speaking. “Kita juga mempersiapkan dosen yang ahli di bidang teknologi pemerintahan, akuntansi pemerintahan, jurnalistik dan humas serta keahlian lain yang dibutuhkan mahasiswa ketika mereka masuk dunia kerja kelak,” ujarnya.
Jika para dosen kita sarankan memiliki keahlian khusus maka penerima manfaat bukan hanya bagi mahasiswa yang diuntungkan, namun juga bagi dosen yang bersangkutan. Sebab baik lembaga pemerintahan, swasta ataupun organisasi non pemerintah kerap membutuhkan konsultan, tim ahli, tim pakar dari perguruan tinggi.
Mereka menyiapkan banyak anggaran untuk itu. Yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga tersebut bukan hanya sekedar kepakaran di bidang keilmuan, namun dibutuhkan kepakaran dalam merancang sesuatu untuk menghasilkan produk pemerintahan seperti naskah akademik ataupun policy paper.
Keahlian para dosen juga akan sangat mendukung Indikator Kinerja Utama atau IKU dan akreditasi Prodi. Bahwa dosen harus didorong berkegiatan di luar kampus sebagai penunjang tri dharma perguruan tinggi.
Semua itu butuh proses panjang. “Saya yakin ini bisa. Apalagi terget ini sangat sejalan dengan Visi Rektor Prof. Dr. Ir. Oktovian Alexander Berty Sompie, MEng Asean IPU Eng yakni menjadikan Unsrat Unggul dan Berbudaya menuju World University,” tandasnya.
Dikemukakan, selain penguatan kurikulum dan pengembangan keahlian dosen, perlu juga pengembangan kegiatan extra kurikuler mahasiswa. Belajar di kelas tidak cukup untuk melatih mereka memiliki kapasitas yang dibutuhkan dunia kerja kelak. Sehingga pengembangan kepemimpinan mahasiswa harus di dorong lewat organisasi kemahasiswaan.
Terdapat beberapa mata kuliah yang harusnya wajib mensyaratkan kegiatan kemahasiswaan untuk bisa lulus. Misalnya mata kuliah Agama, wajib mahasiswa untuk ikut kegiatan-kegiatan kerohanian baik oleh BKK, KMK dan Badan Tadzkir. Mata kuliah organisasi dan manajemen diwajibkan bagi mahasiswa menjadi anggota di organisasi lingkungan kampus atau wajib mengikuti kegiatan LKMM fakultas atau universitas. Mata kuliah metodologi atau kapita selekta di wajibkan bagi mahasiswa untuk ikut lomba LKTI.
Jadi, nantinya tujuan pembelajaran masing-masing mata kuliah tidak hanya diarahkan pada penguasaan pengetahuan teoritik semata, namun pengalaman kepemimpinan mahasiswa harus dijadikan target juga guna mempersiapkan diri mereka untuk berkompetisi di dunia lapangan pekerjaan ketika mereka lulus kelak atau untuk pengembangan karier mereka dalam dunia kerja.
“Ada link and match antara mata kuliah yang diajarkan dengan kebutuhan dunia kerja,” tandas Ferry. (FA)