Oleh : Dr. drg. Paulus Januar

Meimonews.com – Indra penglihatan sangat vital bagi kesejahteraan hidup. Namun, kenyataan menunjukkan, semakin banyak orang yang menderita gangguan penglihatan, terutama dengan meningkatnya penggunaan layar monitor.

Gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering diabaikan. Gangguan penglihatan dapat mengenai siapa saja, dari usia muda hingga tua, baik laki maupun perempuan.

Gangguan penglihatan berpengaruh buruk bukan saja terhadap kesehatan tubuh, rasa percaya diri, serta kualitas hidup. Namun gangguan penglihatan juga mengurangi produktivitas, kesempatan menempuh pendidikan, serta lebih lanjut dapat meningkatkan kesenjangan sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan di seluruh dunia gangguan penglihatan diderita lebih dari 2,2 miliar orang. Dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan sekitar 1 miliar orang sebenarnya dapat dicegah.

Sayangnya, saat ini pencegahan gangguan penglihatan belum dijalankan secara meluas. Selain itu, masih kurangnya sarana perawatan kesehatan mata yang berkualitas dan terjangkau.

Kelainan refraksi, katarak, retinopati diabetika, glaukoma, dan degenerasi makula merupakan gangguan penglihatan yang paling banyak terjadi, dan bila tidak dirawat dapat menimbulkan kebutaan.

Secara global, kebutaan dialami sekitar 40 hingga 45 juta orang. Sebenarnya, hingga 80 % kasus kebutaan tersebut tidak perlu terjadi, bila dilakukan upaya pencegahan dan perawatan gangguan penglihatan.

Selain faktor biomedis, terdapat pula faktor sosial yang mempengaruhi permasalahan gangguan penglihatan. Faktor sosial yang mempengaruhi permasalahan gangguan penglihatan terutama meliputi kesenjangan sosial, kurangnya prioritas mengenai kesehatan mata, lemahnya jaminan sosial, serta juga dampak dari komersialisasi sektor kesehatan.

Sayangi Mata Anda
Secara internasional, setiap tahun, sejak 1998 pada setiap Kamis minggu ke dua di bulan Oktober oleh WHO ditetapkan sebagai Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day).

Tahun ini, peringatan tersebut berlangsung pada 9 Oktober 2025. Secara berkesinambungan, sejak beberapa tahun lalu, tema yang dipilih adalah Sayangi Mata Anda (love your eyes).

Dengan Hari Penglihatan Sedunia, hendak menggugah untuk lebih peduli akan kesehatan mata dalam rangka mencegah gangguan penglihatan maupun menghindari risiko kebutaan. Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati kualitas hidup yang baik dengan memiliki penglihatan yang optimal.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan secara nasional menyelenggarakan peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2025. Selain itu, dari kalangan profesi kesehatan mata, maupun dari kalangan masyarakat juga menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti seminar, webinar, penyuluhan, perlombaan, serta aksi sosial kesehatan mata.

Dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia 2025 patut dikemukakan mengenai kegiatan operasi katarak gratis bagi masyarakat yang membutuhkan di Paiton Jawa Timur.

Kegiatan tersebut memiliki arti penting mengingat, Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan tingkat kebutaan tertinggi di Indonesia.

Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan
Menurut data mengenai kesehatan mata di Indonesia, pada tahun 2020 terdapat sekitar 8 juta orang menderita gangguan penglihatan, di antaranya 1,6 juta orang mengalami kebutaan.

Kemudian, Survei Kesehaytan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan menunjukkan, disabilitas penglihatan dialami 0,4 % penduduk, dan alat bantu penglihatan (kacamata, lensa kontak, lensa tanam) digunakan oleh 11,9 % penduduk Indonesia.

Dalam rangka mengatasi permasalahan jesehatan mata di Indonesia, sejak tahun lalu Kementerian Kesehatan telah menetapkan Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Tahun 2025 – 2030. Peta jalan ini merupakan pengembangan dari Peta Jalan yang sebelumnya pernah ada.

Pengembangan dilakukan sehubungan dengan perubahan target indikator global WHO, transformasi kesehatan di Indonesia, serta perkembangan pelayanan kesehatan mata di Indonesia.

Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Tahun 2025 – 2030 ditetapkan untuk menghadirkan pelayanan kesehatan mata bagi Masyarakat. Selain itu, cakupan diperluas, terutama pada retinopati diabetika (RD) sebagai masalah prioritas karena prevalensi diabetes yang meningkat dan telah berdampak pada kesehatan mata.

Peta jalan dilaksanakan berdasarkan skrining dan deteksi dini gangguan penglihatan yang dipadukan dengan pelayanan kesehatan primer di tingkat komunitas. (Penulis adalah Staf Pengajar Akademi Refraksi Optisi Kartika Indra Persada Jakarta)

Meimonews.com – Minggu (27/7/2025) waktu Indonesia, selisih 6 jam dengan Roma, Italia (Roma lebih cepat dari wilayah Indonesia Bagian Barat) seluruh umat Katolik di dunia memperingati Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia V di Minggu Biasa XVII.

Berkenaan dengan momen tersebut, Paus Leo XIV (Peminpin Gereja Katolik Sedunia) memberikan renungan “Pengharapan : Tuntunan pada Sukacita,” mengacu pada Kitab Kejadian 18:20-33, Kolose 2:12-14 dan injil Lukas 11:1-13).

Sebagian (poin-poin penting) atau seluruh renungan itu dibacakan/disampaikan Pastor/Pemimpin Misa di gereja setempat.

Di awal renungannya, Paus Leo XIV mengungkapkan, dalam perayaan ini mendiang Paus Fransiskus telah memilih tema Berbahagialah yang tidak kehilangan harapannya (Sir. 14:2).

Para kakek nenek dan lansia Paroki St. Fransisius Xaverius Pineleng foto bersama usai misa memperingati Hari Kakek Nenek dan Lansia V yang dipimpin Pastor Anis Salaki MSC

Pengharapan selalu menuntun kita pada sukacita dan kasih. Paus Fransiskus saat terakhir dirawat di RS menulis bahwa meskipun kondisi fisik kita lemah, tak ada yang dapat menghalangi kita untuk mengasihi, berdoa, memberi diri dan menjadi berkat bagi yang lain.

Menjadi lansia (lanjut usia) merupakan sebuah ritme alami yang akan dihadapi oleh semua orang. Karena itu kita diajak untuk tidak membiarkan para lansia kesepian dan kehilangan harapan. Kehadiran para lansia mengajak kita untuk merenungkan bahwa Tuhan kita setia dari masa ke masa.

Paus Leo XIV, dalam pesannya, mengajak kita untuk melihat pengalaman beberapa tokoh penting dalam KS, antara lain : Abraham dan Sara, Zakharia dan Elisabet, yang merasa kehilangan harapan akan masa depan karena tidak memiliki anak.

Kedua pasangan ini kemudian secara ajaib Tuhan tunjukan bahwa Dia setia pada janji-Nya dan mendengarkan jeritan hati semua orang yang berharap kepada-Nya. Mereka pun akhirnya dianugerahi buah hati.

Tokoh berikut adalah Musa. Musa dipanggil Tuhan pada saat dia sudah berusia 80 thn. Musa pun seakan kehilangan harapan karena sudah tua. Namun sekali lagi Tuhan menunjukkan bagaimana tangan-Nya yang perkasa memberi harapan pada Musa untuk berani mengambil keputusan membawa keluarga bangsa Israel keluar dari penderitaan di Mesir.

Akhirnya, harapan itu diteguhkan Yesus pada hari ini dengan mengajak kita untuk tidak malu meminta kepada Allah, Bapa kita. “Mintalah, maka kamu akan diberi,” kata Yesus. Yesus mengajarkan kita untuk tetap percaya dan berharap bahwa Bapa akan memberi yang terbaik bagi kita.

Paus Leo XIV mengajak, narilah kita menunjukkan cinta kita pada mereka yang telah lanjut usia, sebab dalam diri para lansia kita melihat tanda pengharapan bahwa Tuhan adalah kekuatan kita. Rasul Paulus, mengatakan, “Jika aku lemah maka aku kuat,” (2Kor. 12:10) karena Tuhan.(*)

Meimonews.com – Minggu (20/7/2025) berlangsung Pengucapan Syukur di Wilayah Minahasa (acapkali disebut juga Minahasa Induk). Momen unik untuk merasakan dan mengalami hal “menjamu dan dijamu” dalam suasana ungkapan syukur.

Di negeri yang ramah tamah ini, apakah kita semakin terbantu dan membudayakan tradisi “menjamu dan dijamu” seperti dalam kisah-kisah bacaan Kitab Suci Minggu (20/7/2027) ?

Simak renungan Paus Leo XIV, yang teks aslinya berbahasa Italia.

Keramahtamahan (hospitalitas) Abraham dan istrinya Sarah, dan kemudian keramahtamahan Marta dan Maria, sahabat-sahabat Yesus, menjadi pusat perhatian kita liturgi hari ini (bdk. Kej 18:1-10; Luk 10:38-42).

Setiap kali kita menerima undangan Perjamuan Kudus dan mengambil bagian dalam meja Ekaristi, Allah sendirilah yang “datang untuk melayani kita” (bdk. Luk 12:37). Namun, Allah kita telah terlebih dahulu tahu bagaimana menjadikan diri-Nya sebagai tamu, dan bahkan hari ini Dia berdiri di depan pintu kita dan mengetuk (bdk. Why 3:20).

Dalam bahasa Italia, tamu berarti orang yang menjamu dan yang dijamu. Dengan demikian, pada hari Minggu di musim panas ini kita dapat merenungkan permainan kata saling menjamu, yang jika tidak demikian hidup kita menjadi miskin.

Dibutuhkan kerendahan hati untuk menjadi tuan rumah dan dijamu. Dibutuhkan kehalusan, perhatian dan keterbukaan. Dalam Injil, Marta mengambil risiko untuk tidak masuk sepenuhnya ke dalam sukacita perjumpaan ini.

Dia begitu sibuk dengan apa yang harus dia lakukan untuk menyambut Yesus, sehingga beresiko kehilangan momen perjumpaan yang tak terlupakan. Marta adalah seorang yang murah hati, tetapi Tuhan memanggilnya untuk sesuatu yang lebih indah daripada kemurahan hati itu sendiri. Dia memanggilnya untuk keluar dari dirinya sendiri.

Saudari-saudari yang terkasih, hanya inilah yang membuat hidup kita berkembang: membuka diri terhadap sesuatu yang menjauhkan kita dari diri kita sendiri dan pada saat yang sama memenuhi diri kita sendiri.

Pada saat Marta mengeluh karena saudarinya meninggalkannya sendirian dalam melayani (bdk. ay. 40), Maria seolah-olah kehilangan semua waktu dan ditaklukkan oleh sabda Yesus. Ia tidak kalah konkret dari saudarinya, dan juga tidak kurang murah hati. Akan tetapi, ia telah memanfaatkan kesempatan yang ada.

Inilah sebabnya mengapa Yesus menegur Marta: karena ia tetap berada di luar keakraban yang seharusnya dapat memberikan sukacita yang lebih besar baginya (bdk. ay. 41-42).

Waktu musim panas ini dapat membantu kita untuk “melambat” dan menjadi lebih seperti Maria daripada Marta. Terkadang kita tidak mengizinkan diri kita sendiri untuk mendapatkan bagian yang terbaik. Kita perlu beristirahat, dengan keinginan untuk belajar lebih banyak tentang seni keramahtamahan.

Industri liburan ingin menyajikan berbagai macam pengalaman kepada kita, tapi mungkin bukan itu yang kita cari. Faktanya, liburan itu gratis, dan setiap perjumpaan sejati tidak dapat dibeli: baik perjumpaan dengan Tuhan, perjumpaan dengan orang lain, maupun perjumpaan dengan alam.

Kita hanya perlu menjadikan diri kita sebagai tamu: memberi ruang dan juga memintanya; menyambut dan disambut. Kita harus banyak menerima dan tidak hanya memberi.

Abraham dan Sarah, meskipun sudah tua, menemukan diri mereka berbuah ketika mereka diam-diam menyambut Tuhan sendiri dalam diri ketiga tamu itu. Bagi kita juga, ada begitu banyak hal dalam kehidupan ini yang harus diterima.

Marilah kita berdoa kepada Perawan Maria, Bunda yang menyambut, yang menyambut Tuhan di dalam rahimnya dan bersama dengan Yusuf memberikan sebuah rumah kepada-Nya.

Dalam dirinya bersinarlah panggilan kita, panggilan Gereja untuk tetap menjadi rumah yang terbuka bagi semua orang, untuk terus menyambut Tuhannya, yang memohon izin agar dapat masuk ke dalam rumah kita. (*)

Meimonews.com – Dikasteri untuk Dialog Agama mengeluarkan pesan yang ditandatangani George Jacob Kardinal Koovakad (Prefek) dan Mgr. Indunil Kodithuwakku Janakaratne Kankanamalage

(Sekretaris) sehubungan dengan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dalam konteks bersama dengan Masa Prapaskah bagi kita umat Kristen.

Berikut Pesan Vatikan yang dikeluarkan Selasa (4/3/2025) dengan tema ”Kristen dan Muslim: Apa yang kita harapkan dari menjadi bersama” tersebut.

Di awal bulan Ramadan, Dikasteri untuk Dialog Antar Agama, menyampaikan salam hangat dan salam persahabatan kepada anda semua.

Waktu berpuasa, berdoa dan berbagi ini merupakan kesempatan istimewa
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan diperbaharui dalam nilai-nilai dasar agama, kasih sayang dan solidaritas.

Tahun ini, bulan suci Ramadan sebagian besar berlangsung bersamaan dengan masa Prapaskah, yang bagi umat Kristiani merupakan masa puasa, doa dan pertobatan kepada Kristus.

Kedekatan dalam agenda kerohanian ini menawarkan kesempatan unik bagi kita untuk berjalan berdampingan, sebagai umat
Kristiani dan Muslim, dalam proses pemurnian, doa dan amal yang sama.

Bagi kami umat Katolik, adalah suatu sukacita untuk berbagi waktu ini dengan anda, karena hal ini mengingatkan kita bahwa kita semua
adalah peziarah di bumi ini, dan bahwa kita semua berusaha untuk hidup lebih baik.

Tahun ini, kami ingin merefleksikan bersama anda tidak hanya tentang apa yang dapat kita lakukan bersama untuk menjalani hidup yang lebih baik, tetapi di atas semua itu, kami ingin menjadi seperti apa kita bersama, sebagai orang Kristen dan Muslim, di dunia yang sedang mencari harapan.

Apakah kita ingin menjadi rekan kerja yang
sederhana untuk dunia yang lebih baik, atau menjadi saudara dan saudari yang tulus, memberikan kesaksian bersama tentang persahabatan Tuhan dengan seluruh umat manusia ?

Lebih dari sekadar bulan puasa, Ramadan bagi kita umat Katolik merupakan sebuah sekolah transformasi batin. Dengan berpantang makanan dan minuman, umat Muslim belajar untuk mengendalikan keinginan mereka dan beralih kepada apa yang penting.

Masa disiplin rohani ini adalah sebuah undangan untuk memupuk kesalehan, sebuah kebajikan yang membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan dan membuka hati kepada orang lain.

Seperti yang anda ketahui, dalam tradisi Kristen, masa Prapaskah mengundang kita untuk mengikuti jalan yang sama: melalui puasa, doa, dan sedekah, kita berusaha memurnikan hati kita dan memusatkan perhatian kembali pada Dia yang membimbing dan mengarahkan hidup kita.

Praktik-praktik spiritual ini, meskipun diekspresikan secara berbeda, mengingatkan kita bahwa iman tidak hanya tentang ekspresi lahiriah, tetapi juga tentang jalan pertobatan batiniah.

Di dunia yang ditandai dengan ketidakadilan, konflik dan ketidakpastian tentang masa depan, panggilan kita bersama melibatkan lebih dari sekadar praktik spiritual yang serupa.

Dunia kita haus akan persaudaraan dan dialog yang tulus. Bersama-sama, umat Islam dan Kristen dapat menjadi saksi atas harapan ini, dengan keyakinan bahwa persahabatan itu mungkin terjadi terlepas dari beban sejarah dan ideologi yang mendorong pengucilan.

Harapan bukanlah sekedar optimisme: harapan adalah sebuah kebajikan yang berakar pada iman kepada Allah, Sang Maha Penyayang, Pencipta kita.

Bagi anda, teman-teman Muslim
yang terkasih, harapan dipupuk oleh kepercayaan pada belas kasihan ilahi, yang mengampuni dan membimbing. Bagi kami umat Kristiani, harapan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kasih Allah lebih kuat dari segala cobaan dan rintangan.

Maka, kami ingin, bersama-sama, menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan yang sangat menghargai satu sama lain. Kepercayaan kita kepada Allah adalah harta yang menyatukan kita, jauh melampaui perbedaan-perbedaan kita.

Hal ini mengingatkan kita bahwa kita semua adalah makhluk rohani, berinkarnasi, makhluk yang dikasihi, yang dipanggil untuk hidup bermartabat dan saling menghormati. Terlebih lagi, kita ingin menjadi penjaga martabat suci ini dengan menolak segala bentuk kekerasan, diskriminasi, dan pengucilan.

Tahun ini, ketika dua tradisi spiritual kita bertemu dalam merayakan Ramadan
dan Prapaskah, kita memiliki kesempatan unik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa iman mentransformasi orang dan masyarakat, dan bahwa iman adalah kekuatan untuk persatuan dan rekonsiliasi.

Di dunia di mana “godaan untuk membangun budaya benteng, untuk membangun tembok, tembok di hati, tembok di tanah untuk mencegah perjumpaan dengan budaya lain, dengan orang lain” muncul kembali
(Paus Fransiskus, Fratelli Tutti, 27), tantangan kita adalah untuk membangun, melalui dialog, masa depan bersama yang didasarkan pada persaudaraan.

Kita tidak hanya ingin hidup berdampingan; kita ingin hidup bersama dengan tulus dan saling menghargai. Nilai-nilai yang kita anut bersama, seperti keadilan, kasih sayang dan penghormatan terhadap ciptaan, seharusnya mengilhami tindakan dan hubungan kita, dan menjadi kompas kita dalam membangun jembatan dan bukannya tembok, membela keadilan dan bukannya penindasan, melindungi lingkungan hidup dan bukannya menghancurkannya.

Iman kita dan nilai-nilainya harus membantu kita untuk menjadi suara yang berbicara menentang ketidakadilan dan ketidakpedulian, dan menyatakan keindahan keragaman manusia.

Di bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri ini, kami dengan senang hati berbagi harapan ini dengan anda.

Semoga doa-doa, sikap solidaritas dan upaya kami untuk perdamaian menjadi tanda nyata dari persahabatan kami yang tulus dengan anda. Semoga hari raya ini menjadi kesempatan untuk perjumpaan persaudaraan antara umat Muslim dan Kristen, di mana kita dapat merayakan kebaikan Tuhan bersama-sama.

Momen-momen berbagi yang sederhana namun mendalam ini merupakan benih-benih harapan yang dapat mengubah komunitas dan dunia kita. Semoga persahabatan kita menjadi angin segar bagi dunia yang haus akan perdamaian dan persaudaraan !

Semoga puasa dan amal saleh lainnya selama bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri di akhir bulan Ramadhan, memberikan anda buah-buah perdamaian, harapan, persaudaraan dan kegembiraan yang melimpah. (*)

Meimonews.com – Salah satu janji kampanye Yulius Selvanus (YS) saat menjadi calon Gubernur Sulut adalah memperindah Danau Tondano agar menjadi tujuan wisata favorit di Sulut.

Sekarang YS telah terpilih dan untuk membantunya mewujudkan rencananya, tukang bridge mencoba memberi masukan dengan menampung berbagai masukan dari WA Group Memajukan Tondano.

Rencana Pembangunan Pariwisata Danau Tondano (RPPDT) direncanakan dengan tujuan Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal melalui pariwisata; Mengembangkan Danau Tondano sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan; Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.

Sasarannya adalah Meningkatkan jumlah pengunjung Danau Tondano sebesar 20% dalam 2 tahun; Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dari pariwisata sebesar 30% dalam 3 tahun; Mengembangkan 5 destinasi pariwisata baru di sekitar Danau Tondano dalam 5 tahun.

Ada empat strategi terkait dengan RPPDT. Pertama, Pengembangan Infrastruktur yakni membangun dan memperbaiki jalan akses ke Danau Tondano; membangun fasilitas umum seperti toilet, tempat parkir, dan restoran.

Kedua, Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan Mengembangkan 5 destinasi pariwisata baru di sekitar Danau Tondano, seperti taman wisata, pantai, dan desa wisata; dan Mengembangkan paket wisata yang menarik dan berkelanjutan.

Ketiga, Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Melatih dan mengembangkan kemampuan masyarakat lokal dalam bidang pariwisata; dan Mengembangkan program pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.

Keempat, Pengembangan Promosi dan Pemasaran dengannMengembangkan strategi promosi dan pemasaran yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan minat pengunjung; dan Mengembangkan kerjasama dengan agen perjalanan dan operator pariwisata untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

YS mengungkapkan sejumlah rencana besar yang akan mengubah wajah danau ikonik tersebut.

Salah satu langkah awal yang telah disiapkan adalah alokasi dana sebesar Rp 1,26 triliun untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur di sekitar Danau Tondano.

Menurutnya, dana yang cukup besar ini akan dimanfaatkan untuk membangun berbagai fasilitas yang dapat menarik lebih banyak wisatawan ke Sulawesi Utara.

Hal ini bertujuan untuk mempermudah akses pengunjung dan meningkatkan pengalaman wisata di lokasi yang sudah dikenal dengan keindahan alamnya.

Group Memajukan Tondano dibuat untuk memberikan masukan agar apa yang direncanakan bisa terwujud dan bermanfaat untuk masyarakat di DAS Danau Tondano dan sekitarnya.

Dari masukan yang diterima ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yakni
pemberantasan enceng gondok. Ini yang harus menjadi prioritas utama.

Ada beberapa usul, pertama basmi tuntas; kedua, kalau tidak bisa dibasmi tuntas bertemanlah dengan encek gondok dengan memanfaatkannya.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki banyak manfaat, di antaranya untuk kesehatan, pembersih air, bahan baku kerajinan, dan energi alternatif.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah kesehatan yakni menyehatkan kulit karena mengandung antijamur, antibakteri, dan antimikroba, antiperadangan, memperlancar pencernaan, menurunkan berat badan, meredakan gatal-gatal.

Pembersih air yakni menyerap zat-zat berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia dari air mengolah air limbah yang mengandung logam berat dan ion terlarut, menyerap hidrokarbon minyak bumi.

Bahan baku kerajinan yakni kursi, meja, tali, hiasan dinding, gurniture, fompet, tas, taplak, gorden.

Energi alternatif yakni dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas karena kandungannya yang tinggi akan hemiselulosa dan selulosa.

Manfaat lain adalah habitat untuk satwa liar, seperti ikan, burung air, dan serangga air; penyerap karbon; penahan erosi; pakan ternak, terutama untuk sapi dan kambing.

Estetika lanskap. Masalahnya pilihan kedua ini tidak mudah karena perkembangan enceng gondok yang sangat cepat.

Selanjutnya menangani dengan sebaik-baiknya rencana revitalisasi Danau Tondano oleh Kementerian PUPR karena Danau Tondano masuk 15 Danau kritis di Indonesia.

Sayangnya, program yang dimulai sejak tahun 2016 tidak terlihat manfaatnya secara nyata.
Menangani dengan benar Peraturan yang mengatur penanganan danau di Indonesia, antara lain Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 28 Tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Danau.

Selain itu, Perpres Nomor 60 Tahun 2021 mengatur tentang Penetapan 15 Danau Prioritas Nasional; Koordinasi, sinergi, sinkronisasi, dan harmonisasi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah; Pembentukan Tim Penyelamatan Danau Prioritas Nasional; fan Pendanaan penyelamatan danau prioritas nasional.

Sementara itu, Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2015 mengatur tentang: Penetapan garis sempadan danau, Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan danau.

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan danau adalah Terpadu, menyeluruh, dan berkelanjutan; Melibatkan pemangku kepentingan; Bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi; Membagi tugas, fungsi, beban biaya, dan manfaat secara adil; Berlandaskan azas akuntabilitas
Upaya pemulihan ekosistem danau, antara lain Pembersihan gulma, Pembuatan kompos, Pemantauan kualitas air, Pengelolaan sampah.

Jika, hal-hal di atas sudah tertangani dengan baik maka baru dipikirkan mengenai infrastruktur penunjang seperti jalan lingkar luar Danau Tondano dan lain-lain.

Selanjutnya mengenai pemanfaatan Danau Tondano sebagai objek pariwisata.

Gubernur YS sudah merencanakan membuat 8 terminal atau dermaga di Danau Tondano hanya kalah dengan Danau Toba yang punya 12 terminal atau dermaga.

Sepertinya, yang cocok sebagai pusat adalah Dermaga di Benteng Moraya. Sebelum naik kapal mengelilingi Danau Tondano mereka bisa menikmati sajian di Benteng Moraya di mana ada aneka kuliner Minahasa, aneka cindera mata khas Sulut, pertunjukan drama Lahirnya Danau Tondano serta kisah heroic Perang Tondano, kemudian ada museum di Lodji Tondano yang sudah dipindahkan ke Benteng Moraya dan mungkin ada ide yang lain.

Sisa tujuh dermaga atau terminal bisa dimintakan untuk dibangun di kampung-kampung sekeliling Danau Tondano yang ada objek wisata seperti gereja tua di Eris, lapangan terbang Tasuka, pulau Likri, Sumaru Endo Remboken dan lain-lain.

Tentu saja perlu ditambah dengan kegiatan lainnya sehingga lebih menarik. Seperti dibentuk sanggar kesenian yang mengadakan pertunjukan terjadwal secara rutin.

Pulau Likri dibangun gereja oikumene dan dibuat duplikat bahtera Nabi Nuh. Restoran, café, tempat pemeliharaan ikan dibuat aturan sehingga tertib dan tidak mengganggu eko sistim danau.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan penanganan teberan atau Sungai Tondano dilanjutkan dengan membuat fish market di pasar bawah Tondano serta night market untuk weekend di jalan dari pasar bawah ke pasar atas Tondano.

Dari uraian di atas,bada 5 objek wisata baru yang dibuat, yaitu 2 kampung wisata yang dipilih dari kampung-kampung yang mengelilingi Danau Tondano, Fish dan Night Market Tondano, wisata sungai Tondano dan Pulau Likri. Ditambah dua yang sudah ada yaitu Benteng Moraya dan Sumaru Endo Remboken berarti sudah ada 7 objek wisata. (Bert Toar Polii)

Oleh : Dismas Valens Salettia Pr

Meimonews.com – Hari ini adalah Hari Minggu Biasa XV. Satu tema yang umum untuk semua bacaan hari Minggu ini adalah “Pilihan dan tujuan Allah bagi kita sebagai murid-murid-Nya.” Ini hanya menunjukkan sifat misionaris gereja dan panggilan kita sebagai murid Kristus.

Bacaan itu mengingatkan kita bahwa pilihan Tuhan atas kita bukanlah produk kebetulan, tapi disengaja. Oleh karena itu, pada hari Minggu ini, Gereja memberi kita kesempatan yang sangat baik untuk menanyakan kepada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan penting ini: “Apa tujuan Allah memilih saya sebagai murid-Nya? Apakah saya memenuhi tujuan ini?”

Dalam Amos 7:12-15, Tuhan memilih seorang petani miskin Amos untuk bernubuat di kerajaan utara Israel. Tuhan punya tujuan untuk ini. Dia tahu ada nabi di sana. Namun, mereka bukan pilihannya karena mereka telah mengkompromikan panggilan mereka. Mereka korup dan terganggu oleh materialisme. Jadi, mereka tidak lagi menyampaikan keadilan atau berbicara kebenaran.

Alih-alih berbicara untuk orang miskin dan tertindas, mereka bekerja untuk kantong, rekening, dan perut mereka. Oleh karena itu, sebagai gantinya, Tuhan memilih Amos.

Terlepas dari tentangan dan tantangan yang dia hadapi dari “para nabi yang profesional dan dibayar,’ dia memenuhi tujuan Allah untuk memilih dia. Dia tidak ternoda oleh korupsi dan materialisme pada masanya.

Paulus Efesus 1: 3-10 tidak hanya mengingatkan kita bahwa Allah memilih kita di dalam Kristus. Dia juga mengingatkan kita tentang alasan Dia memilih kita: “Untuk menjadi kudus, dan tak bernoda, dan untuk hidup dalam kasih di hadirat-Nya…. bahwa kita harus menjadi anak angkat-Nya”

Ini adalah tujuan yang jauh dari pilihan Tuhan dari kita masing-masing. Seperti yang diajarkan oleh Katekismus Baltimore yang lama kepada kita: “Tuhan membuat kita mengenal Dia, mencintai Dia dan, melayani Dia…” (q.126).

Jika kita tidak mengkompromikan tujuan utama ini, kita akan menjadi murid dan alat yang luar biasa untuk misi-Nya. Jadi, karena tidak ada murid yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, tujuan kedua dari pilihan Tuhan atas kita adalah untuk menjangkau orang lain. Artinya, untuk mengembangkan jiwa misionaris. Bersama-sama, ini adalah tujuan akhir Tuhan untuk memilih kita.

Injil hari ini menyoroti pilihan dan tujuan Kristus bagi para murid-Nya. Kristus memanggil murid-murid-Nya dan menguatkan iman mereka melalui pengajaran dan mujizat-Nya. Dengan kata lain, Dia meluangkan waktu untuk mempersiapkan dan memelihara mereka secara rohani. Setelah itu, ia mengutus mereka sebagai utusan injil untuk mengabar kepada orang lain. Artinya, misi untuk komunitas dan dunia mereka.

Melalui ini, misi “ad intra” menjadi landasan bagi misi iklan ekstra.” Ini berarti membangun iman kita di dalam Kristus, menjalani hidup yang kudus di dalam Dia. Itu juga berarti mengembangkan semangat misionaris untuk membantu orang lain bertemu dan mengalami Kristus.

Untuk membantu murid-muridnya berhasil dan tidak kehilangan fokus dari tujuan ini, Kristus menginstruksikan mereka tentang bagaimana menjalankan misi mereka. Tentu saja, Dia mengetahui kekuatan dan pengaruh materialisme dan bahwa setiap jiwa yang terperangkap olehnya akan kehilangan fokus misinya. Itulah sebabnya dia menginstruksikan muridnya untuk menentangnya.

Ini adalah kasus Demas (mantan rekan Paulus), yang menurut Paulus, “telah mengikuti jalan dunia yang sekarang ini” (2 Tim 4:10).

Sayangnya, beberapa dari kita pendeta, imam, dan religius dan, tentu saja, umat Allah telah kehilangan fokus misi kita dengan tidak mematuhi instruksi yang diperlukan Kristus. Mungkin, ini adalah alasan kami mencapai sedikit.

Akhirnya, menaati perintah Kristus adalah cara yang pasti untuk memenuhi tujuan-Nya memilih kita sebagai murid-murid-Nya. Pada saat yang sama, mengabaikannya adalah cara termudah untuk kehilangan fokus.

Jadi, kita harus terus mengingatkan diri sendiri bahwa Tuhan memilih kita untuk suatu tujuan dan berusaha untuk mencapainya. (Penulis adalah pastor/imam diosesan Manado)

Meimonews.com – Setiap tanggal 29 Juni, bangsa Indonesia memperingati hari khusus bagi keluarga. Tiga puluh satu tahun lalu tanggal tersebut, oleh pemerintah, ditetapkan sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas).

Mengambil salah satunya momentum kembalinya para pejuang dari medan laga melawan kolonial penjajah ke dalam pelukan keluarga, menandai penetapan hari itu, untuk selanjutnya dikenang dalam sebuah peringatan Harganas.

Makna terdalam dari peringatan ini tak lain untuk mengingatkan seluruh anak bangsa, bahwa keluarga merupakan wahana utama dan pertama dalam konteks pembangunan bangsa. Kuat keluarga, kuat pula bangsa. Demikian sebaliknya.

Delapan Fungsi Keluarga mendasari upaya BKKBN dalam menjalankan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Termasuk Percepatan Penurunan Stunting (PPS). Kedelapan Fungsi Keluarga dimaksud adalah fungsi Agama, Sosial Budaya, Cinta Kasih, Perlindungan, Reproduksi, Sosialisasi dan Pendidikan, Ekonomi dan Pembinaan Lingkungan.

Sejalan dengan kebutuhan pembangunan keluarga, Percepatan Penurunan Stunting menjadi program yang mengemuka di BKKBN sejak Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting diterbitkan. Presiden mengamanatkan Kepala BKKBN sebagai Ketua Pelaksana PPS, di bawah supervisi atau arahan Wakil Presiden Maruf Amin sebagai Ketua Pengarah PPS.

Hasil capaiannya memang masih berproses dalam penghitungan lebih lanjut. Yang pasti, tren penurunan stunting terus bergulir di sejumlah daerah. Bahkan secara nasional, lompatan penurunannya cukup menarik. Setidaknya dalam periode 2021 2023. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kementerian Kesehatan, tercatat prevalensi stunting di Indonesia telah turun sebesar 2,9 persen, dari 24,4 persen di 2021 menjadi 21,5 persen di 2023. (Survei Kesehatan Indonesia-SKI).

Data SKI ini seolah menggambarkan potret yang dinilai belum sesuai dengan kondisi di lapangan. Alhasil capaian itu justru memacu elemen bangsa untuk bergegas kembali mengatasi persoalan pendataan stunting. Sebuah upaya tengah dilakukan yaitu Pencatatan dan Pelaporan dari tingkat posyandu yang dilakukan Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan para Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB/PKB) digeber.

Gerakan berbasis masyarakat ini menjadi harapan untuk memperjelas data dan kondisi real yang ada di lapangan. Laporan mereka akan diinput ke dalam ePPGBM (eleketronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat). Bila SKI diibaratkan quick count, ePPGBM diartikan sebagai data real count. Hasil ePPGBM akan diketahui awal Juli ini, untuk kemudian di sepadankan dengan hasil SKI.

Persoalan stunting memang krusial karena sangat mengganggu upaya peningkatan kualitas SDM Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Selain akan berdampak pada tumbuh kembang, kecerdasan dan kesehatan, orang dengan stunting di masa bayi berpotensi memiliki penghasilan 22 persen lebih rendah dari mereka yang tidak stunting. Kondisi ini dapat menurunkan kemampuan ekonomi di kehidupannya kelak.

Bukan sebatas itu saja. Stunting juga menjadi masalah bangsa Indonesia ke depan. Pada gilirannya dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan dan pendapatan per kapita daerah. Terutama dalam menghadapi bonus demografi yang sedang berlangsung di beberapa wilayah Indonesia saat ini. Kendati sesungguhnya, secara nasional, puncak bonus tersebut sudah terjadi pada 2020 lalu.

Pemerintah sangat peduli dengan persoalan itu telah mengingatkan, bahwa Stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di tanah air. Apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak. (Rakernas Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023, di kantor BKKBN, Jakarta; 25 Januari 2023)

Memang, kerja belum tuntas. Seluruh potensi anak bangsa harus terus berkolaborasi dan berkonvergensi membuat program terobosan pencegahan, penanganan dan penurunan stunting sesegera mungkin. Untuk itu, Wakil Presiden Maruf Amin telah memberikan arahan agar BKKBN bersama K/L terkait, termasuk jajaran TNI dan Kepolisian, pemerintah daerah serta mitra kerja dan warga masyarakat, segera menuntaskan persoalan stunting.

Lebih khusus lagi, kekinian, oleh Wakil Presiden, komponen-komponen tersebut diarahkan untuk bergerak di bawah payung besar gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting. Dalam gerakan yang digelar sepenuhnya di bulan Juni ini, penimbangan dan pengukuran tinggi bayi di seluruh posyandu yang tersebar di Indonesia, gegap gempita dilakukan. Hasilnya, diinput ke dalam ePPGBM.

Pesan Wakil Presiden, Semua pemangku kepentingan untuk lebih bersungguh-sungguh dan berinovasi, sekaligus meningkatkan kolaborasi dan koordinasi dalam upaya mempercepat penurunan stunting. Dan harus fokus pada intervensi yang mempunyai daya ungkit besar bagi penurunan stunting. Demikian arahan Wakil Presiden di depan peserta Rapat Pembahasan Implementasi Program Percepatan Penurunan Stunting, di Istana Wakil Presiden, 19 Maret 2024 lalu.

Setidaknya ada tiga pendekatan utama dalam pencegahan stunting untuk menghindari lahirnya bayi-bayi stunting baru. Pertama, asupan gizi bagi calon pengantin, ibu hamil dan bayi. Kedua, pola asuh orangtua kepada bayi. Ketiga, sanitasi (air bersih dan jambanisasi khususnya). Ada juga beberapa pendekatan untuk mengenyahkan stunting dari bumi Nusantara menuju terwujudnya keluarga berkualitas di negeri tercinta ini. Di antaranya merencanakan usia pernikahan (21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki), merencanakan kelahiran, mengatur jarak kelahiran, merawat bayi dengan memberikan ASI eksklusif selama dua tahun.

Bila kita mengulik hingga pun membedah upaya pencegahan stunting sebagaimana pendekatan di atas, maka sesungguhnya keseluruhan dari upaya pencegahan itu termaktub di dalam program Bangga Kencana besutan BKKBN. Program ini termuat di dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Adalah benar apa yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi, bahwa melalui kerja sama yang erat dan didukung partisipasi masyarakat, maka setiap keluarga Indonesia akan menyadari pentingnya menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan bebas stunting.

Menajamkan Program Bangga Kencana
Meski menuai hasil cemerlang di periode lalu, progam Bangga Kencana kembali mendapatkan penajaman oleh pemerintah, dalam hal ini BKKBN, demi terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera dan memiliki ketahanan. Untuk itu, BKKBN diantaranya tetap membumikan atau menajamkan program pelayanan KB kepada masyarakat.

Menghidupkan kelompok-kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Pun pula mendorong perkembangan usaha mikro keluarga melalui UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor) hingga menginisiasi adanya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga).

Tak ketinggalan program kependudukan ikut dikedepankan. Tentunya melalui berbagai program terobosan. Di antaranya ada Kampung KB, Sekolah Siaga Kependudukan, Sekolah Lansia, Siperindu (Sistem Peringatan Dini Kependudukan) hingga pentingnya setiap daerah memiliki Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).

Kesemua program itu telah menorehkan hasil baik. Ditandainya dengan diraihnya penghargaan bergengsi dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Berupa United Nation Population Award (UNPA) untuk kedua kalinya bagi Indonesia.

Data berikutnya menunjukkan hasil yang juga cukup baik. Tercatat, kekinian, Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia berada di level 1,3 persen. Total Fertility Rate di angka 2,1. Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun tercatat 26,64 per 1.000 Wanita Usia Subur (WUS).

Semua hasil yang dicapai oleh BKKBN tak lepas dari dukungan banyak pihak. Bahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, berharap kemitraan KemenPPPA dan BKKBN perlu diperkuat demi mendukung perkembangan optimal anak.

Hal senada dikemukakan juga oleh Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton. Kanada bangga dapat bekerja sama dengan BKKBN. Hal yang juga dikemukakan Duta Besar Rumania Untuk Indonesia, Dan Adrian Balanescu. Indonesia-Rumania terbuka peluang kolaborasi di program pemberdayaan lansia.

Mengambil momentum peringatan Hari Keluarga Nasional tahun ini, sangat diharapkan akan semakin banyak keluarga Indonesia yang memahami peran penting keluarga sebagai pondasi bangsa. Sehingga fungsi keluarga dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan kualitas keluarga akan semakin meningkat. Keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia.

Selamat memperingati Hari Keluarga Nasional ke-31 Tahun 2024. Sebuah hari di mana bangsa ini berkomitmen untuk mengubah Indonesia cemas menjadi Indonesia Emas di 2045, saat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) genap berusia 100 tahun. (dr. Hasto Wardoyo/Kepala BKKBN-RI)

Oleh :
Pastor Dismas Salettia Pr
Meimonews com – Minggu Paskah III dirayakan pada 14 April 2024 sering juga disebut Minggu Kasih Setia Tuhan. Dia (Tuhan) yang tak pernah meninggalkan kita dan paling tahu kebutuhan kita.

Kasih setia Tuhan adalah kekuatan dan sukacita kita menjalani kehidupan. Kasih setia Tuhan adalah pegangan kita untuk tetap berpengharapan kepada Tuhan.

Kesetiaan kasih Tuhan tidak perlu untuk diragukan lagi, tetapi yang perlu untuk dipertanyakan adalah kesetiaan kita kepada Tuhan. Karena betapa pun kotornya diri kita, betapa pun tidak layaknya kita,

Allah tetap mengasihi kita. Allah tahu kita adalah orang-orang berdosa, orang-orang bebal, kotor dan jauh dari setia, namun kasih-Nya tidak berubah. Allah tetap mengasihi saya dan kita semuanya. Karena itu hiduplah dalam kasih setia Tuhan selamanya.

“Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik ! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” 1 Taw 16 : 34.

Mari bersyukur selalu atas Kasih SetiaNya. (penulis adalah imam Diosesan Manado)

Oleh :
Pastor Dismas Valens Salettia Pr

Meimonews.com – Kita harus waspada terhadap kesedihan dan berpikir bahwa Yesus memberi kita sukacita kebangkitan.

Betapapun kehidupan mungkin penuh dengan kontradiksi, kehidupan yang dikalahkan berbagai keinginan, kehidupan yang mungkin dipenuhi mimpi yang tidak terwujud, kehidupan yang mungkin dipenuhi persahabatan yang hilang, berkat kebangkitan Yesus kita dapat percaya bahwa semua orang akan diselamatkan.

Yesus bangkit kembali bukan hanya untuk diri-Nya, tetapi juga untuk kita, untuk menebus semua kebahagiaan yang belum terpenuhi dalam hidup kita. Iman menyingkirkan rasa takut, dan kebangkitan Kristus menyingkirkan kesedihan seperti batu dari kubur.

Hari-hari yang dijalani umat Kristiani adalah latihan dalam kebangkitan.

Georges Bernanos, dalam novelnya yang terkenal Buku Harian Seorang Imam Pedesaan, meminta Pastor Paroki Torcy mengatakan hal ini: “Gereja memiliki sukacita, seluruh sukacita yang disediakan untuk dunia yang menyedihkan ini. Apa yang telah kamu lakukan terhadapnya, kamu telah berlaku menentangnya”.

Dan penulis Prancis lainnya, León Bloy, meninggalkan ungkapan indah kepada kita: “Hanya ada satu kesedihan, […] yaitu tidak menjadi kudus”.

Semoga Roh Yesus yang bangkit membantu kita mengatasi kesedihan dengan kekudusan. (Penulis adalah imam disosesan Manado)