Oleh : Dr. drg. Paulus Januar
Meimonews.com – Indra penglihatan sangat vital bagi kesejahteraan hidup. Namun, kenyataan menunjukkan, semakin banyak orang yang menderita gangguan penglihatan, terutama dengan meningkatnya penggunaan layar monitor.
Gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering diabaikan. Gangguan penglihatan dapat mengenai siapa saja, dari usia muda hingga tua, baik laki maupun perempuan.
Gangguan penglihatan berpengaruh buruk bukan saja terhadap kesehatan tubuh, rasa percaya diri, serta kualitas hidup. Namun gangguan penglihatan juga mengurangi produktivitas, kesempatan menempuh pendidikan, serta lebih lanjut dapat meningkatkan kesenjangan sosial.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan di seluruh dunia gangguan penglihatan diderita lebih dari 2,2 miliar orang. Dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan sekitar 1 miliar orang sebenarnya dapat dicegah.
Sayangnya, saat ini pencegahan gangguan penglihatan belum dijalankan secara meluas. Selain itu, masih kurangnya sarana perawatan kesehatan mata yang berkualitas dan terjangkau.
Kelainan refraksi, katarak, retinopati diabetika, glaukoma, dan degenerasi makula merupakan gangguan penglihatan yang paling banyak terjadi, dan bila tidak dirawat dapat menimbulkan kebutaan.
Secara global, kebutaan dialami sekitar 40 hingga 45 juta orang. Sebenarnya, hingga 80 % kasus kebutaan tersebut tidak perlu terjadi, bila dilakukan upaya pencegahan dan perawatan gangguan penglihatan.
Selain faktor biomedis, terdapat pula faktor sosial yang mempengaruhi permasalahan gangguan penglihatan. Faktor sosial yang mempengaruhi permasalahan gangguan penglihatan terutama meliputi kesenjangan sosial, kurangnya prioritas mengenai kesehatan mata, lemahnya jaminan sosial, serta juga dampak dari komersialisasi sektor kesehatan.

Sayangi Mata Anda
Secara internasional, setiap tahun, sejak 1998 pada setiap Kamis minggu ke dua di bulan Oktober oleh WHO ditetapkan sebagai Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day).
Tahun ini, peringatan tersebut berlangsung pada 9 Oktober 2025. Secara berkesinambungan, sejak beberapa tahun lalu, tema yang dipilih adalah Sayangi Mata Anda (love your eyes).
Dengan Hari Penglihatan Sedunia, hendak menggugah untuk lebih peduli akan kesehatan mata dalam rangka mencegah gangguan penglihatan maupun menghindari risiko kebutaan. Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati kualitas hidup yang baik dengan memiliki penglihatan yang optimal.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan secara nasional menyelenggarakan peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2025. Selain itu, dari kalangan profesi kesehatan mata, maupun dari kalangan masyarakat juga menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti seminar, webinar, penyuluhan, perlombaan, serta aksi sosial kesehatan mata.
Dalam rangka Hari Penglihatan Sedunia 2025 patut dikemukakan mengenai kegiatan operasi katarak gratis bagi masyarakat yang membutuhkan di Paiton Jawa Timur.
Kegiatan tersebut memiliki arti penting mengingat, Jawa Timur merupakan salah satu propinsi dengan tingkat kebutaan tertinggi di Indonesia.

Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan
Menurut data mengenai kesehatan mata di Indonesia, pada tahun 2020 terdapat sekitar 8 juta orang menderita gangguan penglihatan, di antaranya 1,6 juta orang mengalami kebutaan.
Kemudian, Survei Kesehaytan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan menunjukkan, disabilitas penglihatan dialami 0,4 % penduduk, dan alat bantu penglihatan (kacamata, lensa kontak, lensa tanam) digunakan oleh 11,9 % penduduk Indonesia.
Dalam rangka mengatasi permasalahan jesehatan mata di Indonesia, sejak tahun lalu Kementerian Kesehatan telah menetapkan Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Tahun 2025 – 2030. Peta jalan ini merupakan pengembangan dari Peta Jalan yang sebelumnya pernah ada.
Pengembangan dilakukan sehubungan dengan perubahan target indikator global WHO, transformasi kesehatan di Indonesia, serta perkembangan pelayanan kesehatan mata di Indonesia.
Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan Tahun 2025 – 2030 ditetapkan untuk menghadirkan pelayanan kesehatan mata bagi Masyarakat. Selain itu, cakupan diperluas, terutama pada retinopati diabetika (RD) sebagai masalah prioritas karena prevalensi diabetes yang meningkat dan telah berdampak pada kesehatan mata.
Peta jalan dilaksanakan berdasarkan skrining dan deteksi dini gangguan penglihatan yang dipadukan dengan pelayanan kesehatan primer di tingkat komunitas. (Penulis adalah Staf Pengajar Akademi Refraksi Optisi Kartika Indra Persada Jakarta)








Oleh : Dismas Valens Salettia Pr

