Meimonews.com – Dikasteri untuk Dialog Agama mengeluarkan pesan yang ditandatangani George Jacob Kardinal Koovakad (Prefek) dan Mgr. Indunil Kodithuwakku Janakaratne Kankanamalage
(Sekretaris) sehubungan dengan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dalam konteks bersama dengan Masa Prapaskah bagi kita umat Kristen.
Berikut Pesan Vatikan yang dikeluarkan Selasa (4/3/2025) dengan tema ”Kristen dan Muslim: Apa yang kita harapkan dari menjadi bersama” tersebut.
Di awal bulan Ramadan, Dikasteri untuk Dialog Antar Agama, menyampaikan salam hangat dan salam persahabatan kepada anda semua.
Waktu berpuasa, berdoa dan berbagi ini merupakan kesempatan istimewa
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan diperbaharui dalam nilai-nilai dasar agama, kasih sayang dan solidaritas.
Tahun ini, bulan suci Ramadan sebagian besar berlangsung bersamaan dengan masa Prapaskah, yang bagi umat Kristiani merupakan masa puasa, doa dan pertobatan kepada Kristus.
Kedekatan dalam agenda kerohanian ini menawarkan kesempatan unik bagi kita untuk berjalan berdampingan, sebagai umat
Kristiani dan Muslim, dalam proses pemurnian, doa dan amal yang sama.
Bagi kami umat Katolik, adalah suatu sukacita untuk berbagi waktu ini dengan anda, karena hal ini mengingatkan kita bahwa kita semua
adalah peziarah di bumi ini, dan bahwa kita semua berusaha untuk hidup lebih baik.
Tahun ini, kami ingin merefleksikan bersama anda tidak hanya tentang apa yang dapat kita lakukan bersama untuk menjalani hidup yang lebih baik, tetapi di atas semua itu, kami ingin menjadi seperti apa kita bersama, sebagai orang Kristen dan Muslim, di dunia yang sedang mencari harapan.
Apakah kita ingin menjadi rekan kerja yang
sederhana untuk dunia yang lebih baik, atau menjadi saudara dan saudari yang tulus, memberikan kesaksian bersama tentang persahabatan Tuhan dengan seluruh umat manusia ?
Lebih dari sekadar bulan puasa, Ramadan bagi kita umat Katolik merupakan sebuah sekolah transformasi batin. Dengan berpantang makanan dan minuman, umat Muslim belajar untuk mengendalikan keinginan mereka dan beralih kepada apa yang penting.
Masa disiplin rohani ini adalah sebuah undangan untuk memupuk kesalehan, sebuah kebajikan yang membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan dan membuka hati kepada orang lain.
Seperti yang anda ketahui, dalam tradisi Kristen, masa Prapaskah mengundang kita untuk mengikuti jalan yang sama: melalui puasa, doa, dan sedekah, kita berusaha memurnikan hati kita dan memusatkan perhatian kembali pada Dia yang membimbing dan mengarahkan hidup kita.
Praktik-praktik spiritual ini, meskipun diekspresikan secara berbeda, mengingatkan kita bahwa iman tidak hanya tentang ekspresi lahiriah, tetapi juga tentang jalan pertobatan batiniah.
Di dunia yang ditandai dengan ketidakadilan, konflik dan ketidakpastian tentang masa depan, panggilan kita bersama melibatkan lebih dari sekadar praktik spiritual yang serupa.
Dunia kita haus akan persaudaraan dan dialog yang tulus. Bersama-sama, umat Islam dan Kristen dapat menjadi saksi atas harapan ini, dengan keyakinan bahwa persahabatan itu mungkin terjadi terlepas dari beban sejarah dan ideologi yang mendorong pengucilan.
Harapan bukanlah sekedar optimisme: harapan adalah sebuah kebajikan yang berakar pada iman kepada Allah, Sang Maha Penyayang, Pencipta kita.
Bagi anda, teman-teman Muslim
yang terkasih, harapan dipupuk oleh kepercayaan pada belas kasihan ilahi, yang mengampuni dan membimbing. Bagi kami umat Kristiani, harapan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kasih Allah lebih kuat dari segala cobaan dan rintangan.
Maka, kami ingin, bersama-sama, menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan yang sangat menghargai satu sama lain. Kepercayaan kita kepada Allah adalah harta yang menyatukan kita, jauh melampaui perbedaan-perbedaan kita.
Hal ini mengingatkan kita bahwa kita semua adalah makhluk rohani, berinkarnasi, makhluk yang dikasihi, yang dipanggil untuk hidup bermartabat dan saling menghormati. Terlebih lagi, kita ingin menjadi penjaga martabat suci ini dengan menolak segala bentuk kekerasan, diskriminasi, dan pengucilan.
Tahun ini, ketika dua tradisi spiritual kita bertemu dalam merayakan Ramadan
dan Prapaskah, kita memiliki kesempatan unik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa iman mentransformasi orang dan masyarakat, dan bahwa iman adalah kekuatan untuk persatuan dan rekonsiliasi.
Di dunia di mana “godaan untuk membangun budaya benteng, untuk membangun tembok, tembok di hati, tembok di tanah untuk mencegah perjumpaan dengan budaya lain, dengan orang lain” muncul kembali
(Paus Fransiskus, Fratelli Tutti, 27), tantangan kita adalah untuk membangun, melalui dialog, masa depan bersama yang didasarkan pada persaudaraan.
Kita tidak hanya ingin hidup berdampingan; kita ingin hidup bersama dengan tulus dan saling menghargai. Nilai-nilai yang kita anut bersama, seperti keadilan, kasih sayang dan penghormatan terhadap ciptaan, seharusnya mengilhami tindakan dan hubungan kita, dan menjadi kompas kita dalam membangun jembatan dan bukannya tembok, membela keadilan dan bukannya penindasan, melindungi lingkungan hidup dan bukannya menghancurkannya.
Iman kita dan nilai-nilainya harus membantu kita untuk menjadi suara yang berbicara menentang ketidakadilan dan ketidakpedulian, dan menyatakan keindahan keragaman manusia.
Di bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri ini, kami dengan senang hati berbagi harapan ini dengan anda.
Semoga doa-doa, sikap solidaritas dan upaya kami untuk perdamaian menjadi tanda nyata dari persahabatan kami yang tulus dengan anda. Semoga hari raya ini menjadi kesempatan untuk perjumpaan persaudaraan antara umat Muslim dan Kristen, di mana kita dapat merayakan kebaikan Tuhan bersama-sama.
Momen-momen berbagi yang sederhana namun mendalam ini merupakan benih-benih harapan yang dapat mengubah komunitas dan dunia kita. Semoga persahabatan kita menjadi angin segar bagi dunia yang haus akan perdamaian dan persaudaraan !
Semoga puasa dan amal saleh lainnya selama bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri di akhir bulan Ramadhan, memberikan anda buah-buah perdamaian, harapan, persaudaraan dan kegembiraan yang melimpah. (*)