Meimonews.com – Hari ini (5/3/2025) umat Katolik di seluruh dunia membuka masa Prapaskah dengan Puasa dan Pantang. Masa ini ditandai dengan Perayaan Rabu Abu.
Penerimaan abu di kepala atau di dahi mau mengingatkan bahwa hidup manusia karena dosa sangatlah kecil dan rapuh di hadapan Tuhan.
“Seperti debu tanah yang diinjak orang, seperti yang kotor dan dipandang hina tak berguna, namun oleh karena belas kasih Allah, Ia mengangkat manusia menjadi sungguh berarti,” ujar Pastor Yohanes I Made Pantyasa Pr ketika memberikan homisi pada Misa Rabu Abu di Gereja Paroki Santu Josep Pelindung Pekerja (SJPP) Manado, Rabu (5/3/2025).
Karena itu, tambah Pastor Rekan Paroki SJPP Manado ini, melalui bacaan pertama (Yoel 2 : 12-18), kita diingatkan untuk Berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Berbalik kepada Tuhan sebab Ia pengasih dan penyayang.
Ditegaskan, berbalik kepada Tuhan, bukan supaya nampak sebagai orang yang rajin, ikut terlibat di banyak hal, namun berbalik kepada Tuhan dengan kesungguhan bahwa apa yang dilakukan semata-mata untuk Tuhan.
“Entah melakukan kewajiban agama, entah memberi sedekah, entah berdoa, entah berpuasa, semuanya hendaknya dilakukan dalam relasi dengan Tuhan,” ujarnya.
Menurut, Ketua Komsos Keuskupan Manado ini, apa yang dilakukan hanyalah untuk Tuhan sendiri, bukan supaya dipuja dan dipuji orang tetapi agar Tuhan berkenan menganugerahkan rahmat pengampunan dan keselamatan kepada kita.
Maka, sebutnya, melakukan ‘dengan sembunyi’ menjadi tanda bahwa apa yang dilakukan hanyalah dalam relasi intim antara kita dan Tuhan. Pastor Made (sapaan akrabnya) pun mengutip bacaan kedua (2 Kor 5 : 20-6 : 2), Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari ini adalah hari penyelamatan itu.
Di akhir homilinya, Pastor Made mengajak untuk membuka masa Prapaskah ini dengan syukur dan sukacita dalam sikap tobat dan penyerahan diri.
“Mari berlajar dari debu. Abu kecil bahkan sangat kecil. Dibersihkan karena dianggap kotor. Diinjak bahkan tidak ada yang peduli. Abu…kamu tak sendirian. Aku juga kecil, kotor tak berarti. Tapi syukurlah masih ada Dia. Meski ku kecil, Dia mengangkatku menjadi berarti,” ujarnya bernada ajakan.
Misa Prapaskah ini diwarmai pemberkatan abu hasil bakaran daun palma yang dipakai waktu Minggu Palma dan penandaan abu di dahi masing-masing umat yang mengikuti misa, serta penerimaan komuni bagi umat yang telah memenuhi syarat. (Fer)