Meimonews.com – Walikota Manado Andrei Angouw berharap agar perayaan hari besar keagamaan seperti hari raya Waisak menjadi momentum mempererat hubungan antarumat beragama, memperkuat komunikasi serta menjaga dan memelihara toleransi di kota Manado

Harapan tersebut disampaikan Walikota ketika memberikan sambutan pada Ibadah Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE/2025, yang dilaksanakan di Vihara Dhammadipa Manado, Senin (12/5/2025).

Turut mendampingi Walikota pada kegiatan tersebut adalah Ketua Tim Penggerak PKK Kota Manado, Ny. Irene Angouw-Pinontoan.

Sesuai dengan tema perayaan, yakni Pengendalian Dir, Walikota berharap nilai pengendalian diri dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pada momen perayaan Waisak semata.

“Sebulan yang lalu umat Muslim merayakan Idul Fitri setelah menjalani ibadah puasa. Puasa juga mengajarkan tentang pengendalian diri. Saya yakin, jika seluruh masyarakat mampu mengendalikan diri, negara ini akan menjadi damai, tenteram, dan kita akan menuju masyarakat yang madani,” ujarnya.

Di awal sambutannya, mantan Ketua DPRD Sulut ini menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 kepada seluruh umat Buddha di Kota Manado. (Afer)

Meimonews.com – Walikota Manado Andrei Angouw mengingatkan tentang pentingnya menjaga toleransi di Kota Manado.

Hal tersebut diingatkan Walikota Manado ketika berbicara pada Rapat Koordinasi (Rakor) Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Manado di Hotel Formosa Manado, Kamis (8/8/2024).

Rakor yang mengangangkat tema Optimalisasi Peran FPK, Bergerak Bersama Menuju Kota Manado Lebih Baik ini telah dibuka pelaksanaannua oleh Wakil Walikota Manado Richard Sualang.

Menurut Walikota, toleransi harus terus dijaga dan membutuhkan komunikasi yang intens, karena interaksi antar masyarakat sangat baik tanpa memandang perbedaan agama, ras, dan lain-lain.

“Kita tidak perlu cari tahu dia agama apa. Itulah modal dasar kita untuk dikatakan sebagai kota toleransi. Kita melihat Kota Manado semakin maju, semakin berkembang, banyak orang yang datang di Kota Manado,” ujar Walikota.

Mantan Ketua DPRD Sulut ini berharap, kita dapat memberikan contoh sehingga yang datang di Kota Manado tidak memandang dari agama apa. Kita harus gencar memberikan contoh yang baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.

“Saya mengapresiasi untuk rekan-rekan dan seluruh pengurus FPK Kota Manado dan berharap bisa terus mempromosikan komunikasi antar masyarakat yang latar belakangnya bermacam-macam agar Kota Manado boleh menjadi contoh untuk daerah lain,” ujarnya.

Hadir dalam kegiatan ini Ketua FPK Kota Manado Brian Waleleng, SH, deluruh pengurus FPK, perwakilan FKUB, budayawan, serta undangan lainnya. (Afer)

Meimonews.com – Kehadiran museum seperti Holocaust di Tondano, Minahasa memiliki arti dan nilai penting dalam upaya menumbuhkembangkan sikap toleransi terhadap sesama tanpa membedakan suki, agama, ras dan perbedaan golongan.

Demikian diungkapkan Ketua DPD Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri TNI Polri (GM FKPPI) Sulawesi Utara J. Victor Mailangkay dalam percakapan dengan Meimonews.com di Manado, Jumat (4/2/2022).

“Pembangunan museum seperti Holocaust di Tondano akan mengingatkan kita umat manusia ke depan agar tidak terjebak dalam tragedi pembunuhan massal yang berawal dari dipupuknya rasa kebencian dan sikap permusuhan dengan narasi-narasi tertentu yang menonjolkan perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras atau Etnis dan Antar / perbedaan Golongan,” ujarnya.

Karenanya, tambah Wakil Ketua DPRD Sulut ini, dengan diadakannya museum seperti ini, hal itu akan mendorong umat manusia WNI guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku toleransi terhadap sesama manusia dan WNI yang berbeda Suku, Agama, Ras atau Etnis dan perbedaan Golongan dengan kita. Dengan demikian, tragedi kemanusiaan di masa lalu tidak terulang lagi.

Menurut Mailangkay, di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, sudah seyogiannya mendukung dibangunnya museum-museum peristiwa genosida oleh WNI seperti museum Holocaust di Tondano, Minahasa.

Museum-museum seperti Holocaust, sebutnya, dibangun untuk memperingatkan umat manusia agar tidak terulang lagi peristiwa genosida di masa depan dengan tumbuhkembangkan sikap dan perilaku toleransi terhadap perbedaan suku, Agama Ras atau Etnis & perbedaan Golongan.

“Makanya perlu didukung pembangunan museum-museum seperti Holocaust di NKRI termasuk di Sulut,” tandas mantan Sekretaris PD Pemuda Panca Marga (PPM) Sulut ini. (lk)