Meimonews.com – Perang masa kini yang terjadi dan perlu diwaspadai oleh Indonesia, salah satunya adalah proxy war (perang modern).

“Proxy war tidak melalui kekuatan militer tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, baik politik, ekonomi. sosial budaya, termasuk hukum,” ujar Handoyo Sugiarto ketika memberikan pembekalan kepada Calon Pengurus PMKRI Gorontalo pimpinan Jujur Marpaung di Sekretariat PMKRI Gorontalo, Sabtu (2/10/2021).

Depertim PMKRI Gorontalo dan juga Ketua Pengurus Daerah KB FKPPI Gorontalo ini lantas menguraikan tentang latar belakang / sejarah proxy, ancaman yang akan ditimbulkan, kegiatan, pentahapan, konsep menghadapi proxy war.

Dikemukakan, perang modern adalah perang yang sangat berbeda dengan konsep, metode dan teknologi militer sebelumnya, menekankan bagainana hambatan harus dimodernisasi untuk menjaga kelayakan pertempuran mereka.

“Karena itu, perang modern adalah siubyek yang berkembang, terlihat berbeda di waktu dan tempat yang berbeda,” tandas Handoyo.

Menurutnya, ada beberapa indikasi perang modern di Indonesia. Di antaranya, gerakan separatists, demonstrasi massa, penerapan regulasi yang merugikan, dan peredaran narkoba.

Terkait dengan pentahapannya, Handoyo menjelaskan tahap-tahapnya ada lima yakni infiltrasi, eksploitasi, politik adu domba, cuci otak (brain wash), dan invasi / pencapaian sasaran.

Meyinggung soal konsep menghadapi perang modern ini, dijelaskan, generasi muda (termasuk mahasiswa) adalah generasi baru yang cepat atau lambat akan menggantikan generasi sebelumnya. Regenerasi ini terjadi secara alamiah.

“Bukan tidak mungkin mahasiswa akan menjadi agen-agen perubahan dalam sejarah Indonesia,” sebut Kadis PU Provinsi Gorontalo ini seraya menyebutkan, oleh karena itu mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus berperan penting dalam upaya pencegahannya.

Untuk menangkal proxy war, menurut Handoyo, ada langkah-langkah konkrit upaya dilakukan yakni iidentifikasi dan kenal masalah, ahli sesuai bidang masing-masing, gerakan pemuda berbasis wirausaha, mengadakan komunitas belajar, dan program pembangunan karakter.

“Diharapkan, sebagai generasi penerus bangsa, memahami tentang proxy war dan mampu menghadapi proxy War dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan aturan atau perundang-undangan yang berlaku,” kata Handoyo. (lk)