Oleh :
RD Dismas Valens Salettia
Meimonews.com – Di antara semua dosa besar, ada satu yang sering diabaikan, mungkin karena namanya yang seringkali tidak dapat dipahami oleh banyak orang yaitu tentang acedia.
Oleh karena itu, dalam daftar keburukan, istilah acedia seringkali diganti dengan istilah lain yang lebih umum digunakan yakni kelambanan atau kemalasan. Pada kenyataannya, kemalasan lebih merupakan akibat ketimbang sebab.
Kalau seseorang diam di tempat, lamban, acuh tak acuh, kita mengatakan bahwa ia malas. Namun, sebagaimana diajarkan oleh kebijaksanaan para bapa di padang gurun dahulu kala, sering kali akar dari kemalasan ini adalah acedia, yang dalam bahasa Yunani aslinya berarti tidak peduli.
Acedia adalah godaan yang sangat berbahaya dan tidak boleh dijadikan lelucon. Seolah-olah orang-orang yang menjadi korbannya dihancurkan oleh hasrat akan kematian : mereka merasa jijik pada segala hal; hubungan dengan Allah menjadi membosankan bagi mereka.
Bahkan perbuatan paling suci sekalipun, yang pada masa lalu menghangatkan hati mereka, kini tampak sama sekali tidak berguna bagi mereka. Seseorang mulai menyesali berlalunya waktu, dan masa muda yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Acedia/kemalasan adalah wujud keputusasaan spiritual yang membuat manusia tenggelam dalam kesedihan meratapi hidup tanpa harapan sehingga tidak lagi mau peduli pada dirinya dan pada keadaan sekitar.
Iman, yang tersiksa oleh ujian acedia, tidak kehilangan nilainya. Justru iman yang benar, iman yang sangat manusiawi, yang meskipun segala sesuatunya, meskipun kegelapan membutakannya, tetap percaya dengan rendah hati.
Iman itulah yang tetap ada di dalam hati, bagaikan bara api di bawah abu. Iman tersebut selalu ada. Dan jika salah satu dari kita menjadi korban kejahatan ini, atau godaan acedia, cobalah mencari ke dalam diri kita dan mengipasi bara api iman; begitulah cara kita terus maju. (Pastor Dismas adalah Anggota BKSAUA Minahasa dan Pastor Paroki St. Antonius De Padua Tataaran)