Meimonews.com – Calon-calon pemimpin Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) yang memiliki kapasitas, kapabel dan tidak transaksional masih banyak.

Mereka itu adalah dosen-dosen yang tersebar di fakultas-fakultas dan lembaga pendidikan di Unsrat yang berpredikat profesor, doktor dan lain-lain.

“Bila dipercayakan kepada mereka, diyakini, Unsrat akan semakin maju dan berkembang,” ujar Prof. Dr. Ir. Fabian J. Manoppo dalam percakapan dengan Meimonews.com di Manado, baru-baru.
Mereka itu, sambung Dekan Fakultas Teknik Unsrat ini,  bisa mengangkat citra/keberadaan Unsrat menjadi lebih baik dari yang ada sekarang, walau diakui, sekarang ini sudah termasuk baik.

Menjadi pertanyaan, apakah mereka (calon-calon pemimpin itu) diberi kesempatan lewat mekanisme yang ada (pemilihan oleh para anggota Senat Unsrat dan perwakilan Kemendikbudristek) untuk menjadi pemimpin (Rektor) Unsrat ke depan, menggantikan Prof. Dr. Ir. Ellen Joan Kumaat, M.Sc, DEA yang akan mengakhir masa kepemimpinan periode keduanya dalam waktu dekat ini ?

Fabian mengungkapkan, saat ini, ada program yang cukup bagus yang  hendaknya dikembangkan termasuk di Unsrat yaitu Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, yang diprogramkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.

Bila selama ini kita selalu berpikir bahwa sistem pendidikan itu sakral, tidak bisa berubah, papar dosen teladan II Unsrat ini, maka kita akan ketinggalan zaman. Kita mestinya berubah untuk menjadi lebih baik, lebih maju ke depan.

Pengurus Persatuan Insinyur Indonsia (PII) Manado ini menjelaskan, konsep Menteri Makarim dengan konsep belajarnya dengan Kampus Merdeka, Merdeka Belajar, cocok dengan Revolusi Industri dewasa ini.

Dijelaskan, sistem pendidikan dulu hingga sekarang bukan jelek. Cuma, sistem ini sudah perlu ada perubahan. Harus menyesuaikan dengan keadaan. Dan, itu yang harus diadakan perubahan. “Kalau selama ini torang terlalu kaku dan menganggap terlalu sakral sistem pendidikan kita maka sudah seharusnya diubah,”  ujarnya.

Program Kemendikbudristek itu, tambah Pengurus Forum Dekan Fakultas Teknik Indonesia ini, sangat inovatif dan mengikuti perkembangan zaman. Sebab, dalam dunia pendidikan, hal-hal terkait dengan penelitian bisa berkembang dengan cepat.

Bagi orang yang sudah merasa mapan dengan sistem yang ada sekarang, sebutnya, program yang ditawarkan Menteri dengan lompatan-lompatan yang cukup signifikan untuk memajukan dunia pendidikan mengikuti revolusi industri ini, memang terasa lain, dan masih sulit menerima.

Sebagai calon Rektor, hal-hal yang sudah bagus harus dipertahankan sementara bila ada hal-hal yang perlu diubah/ditingkatkan hendaknya dilakukan dan mengikuti perkembangan yang ada, menuju Revolusi Industri 5.0.

Apalagi dengan adanya program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar, para mahasiswa diberikan kesempatan belajar yang besar. Bukan karena sipil (jurusan) maka yang dipilih/diajarkan cuma hal-hal yang terkait dengan sipil melainkan, di samping hal-hal sipil tapi juga hal-hal lain agar kelak, setelah para mahasiswa lulus mereka bisa melakukan hal-hal yang diperoleh selama masa pendidikan seperti menjadi enterpreneurship, kewirausahaan. Mereka bisa siap pakai dan mandiri.

“Kalau selama ini torang hanya terfokus dengan kampus itu sendiri maka dengan adanya program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar  maka torang boleh berkolaborasi dengan universitas besar dan top dunia. Dan, itu ada. Torang boleh berkolaborasi dengan universitas lain dalam hal penelitian,” ujarnya.

Ditegaskan, dengan adanya Kampus Merdeka, Merdeka Belajar, sekat-sekat yang ada, yang bisa menghambat kemajuan pendidikan jadi terhapuskan.
Dan, masih banyak lagi keunggulan-keunggulan dan manfaat jangka panjang dari program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar. Diyakini, bila pemimpin-pemimpin ke depan melaksanakan apa-apa yang ada dalam program tersebut maka lembaga pendidikan tinggi ini akan lebih maju dan berkembang.

Berkaitan dengan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bersih Melayani (WBM), yang diyakini mengangkat citra/keberadaan Unsrat bila diterapkan, Fabian menyebutkan, program tersebut semestinya dilaksanakan karena merupakan program Presiden Joko Widodo yakni Reformasi Birokrasi di mana di dalamnya ada program Zona Integrasi.

Di dalam program  Zona Integritas ada dua yakni Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bersih Melayani (WBM). Bersih dari korupsi dan melayani. Birokrat yang bersih dan melayani. Bukan bos ! Mindset ini yang mesti diubah. Dan, memang tidak gampang.
“Contoh yang paling gampang, torang (pimpinan) cenderung, mahasiswa dan dosen perlu pa torang. Torang beking torang pe suka-suka. Itu khan mental yang lama. Mestinya torang (pemimpin) melayani kepada mereka,” tandasnya.

Memang, sambungnya, mengubah itu susah tapi tergantung pimpinannya. Kalau dia mau dan mampu, itu bisa dilakukan. Kalau cuma bikin administrasi saja tapi tidak melaksanakannya, percuma. Dan, musti ada pengawasannya.

Di Fakultas Teknik sudah diterapkan. Makanya, Fakultas yang dipimpinnya telah mendapat predikat Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan sudah diikutkan dalam program WBM.

Bila terpilih sebagai Rektor Unsrat Periode 2022-2026, dengan prestasi atau capaian yang diperoleh termasuk sebagai Dekan Fakultas Teknik Unsrat dua periode, Fabian akan melaksanakan program Presiden Joko Widodo yakni Reformasi Birokrasi, program Kampus Merdeka, Merdeka Belajarnya Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim inovasi-inovasi dan program-progran lain yang sudah disusunnya dalam visi, misi dan program sebagai Calon Rektor Unsrat. (fer)